Peluang Usaha - Meski banyak yang meragukan prospek bisnis lobster air tawar, tapi fakta menunjukkan permintaan akan komoditi ini masih sangat besar. Untuk pasar Jakarta saja, para peternak belum memenuhi pasokan sesuai kebutuhan. Jadi, peluangnya masih terbuka lebar, bukan?


Anda ingin terjun ke bisnis budidaya fauna yang hidup di air, tetapi bukan ikan? Mungkin Anda dapat mencoba lobster air tawar (LAT) –selanjutnya disebut lobster--, seperti red claw (cherax quadricarinatus). Sebab, dari sekian jenis lobster yang ada, jenis ini yang paling layak dan mudah dibudidayakan. Selain itu, dagingnya cukup banyak, rasanya lezat, kandungan gizi dan Omega3-nya lebih tinggi ketimbang lobster laut, serta non kolesterol.

Sayang, dalam pemasarannya, masih terbentur pada masalah harga yang belum stabil. Hal ini, berkaitan dengan pangsa pasarnya yang belum mature. Tapi, terlepas dari itu semua, secara ekonomis budidaya lobster sangat menjanjikan. Apalagi, bila dikaitkan dengan permintaan akan lobster yang setiap tahun semakin meningkat, terutama di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dan pasar ekspor.

Dengan pertimbangan itu pula, empat sahabat yaitu Desmanto, Rudy (Direktur Pemasaran Lobsterku Crayfish Farm), Sugianto, dan Andhika merintis usaha budidaya lobster, pada awal 2008. Usaha yang berawal dari hobi itu, dinamai Lobsterku Crayfish Farm dengan lokasi di Terbangi (Lampung) dan Teluk Naga (Tangerang). Dalam perjalanannya, Sugianto dan Andhika mengundurkan diri karena alasan pribadi. Posisi mereka digantikan Darwin, yang kini menjabat sebagai Direktur Operasional/Produksi Lobsterku Crayfish Farm.

Crayfish Farm“Untuk farm di Terbangi, kami memiliki dua kolam tanah yang masing-masing seluas 90 m² dan lima kolam semen masing-masing seluas 4 m². Sedangkan untuk farm di Teluk Naga, kami memiliki delapan kolam tanah yang masing-masing seluas 90 m²–150 m² dan 15 kolam semen masing-masing seluas 4 m²–5 m²,” kata Desmanto. Sekadar informasi, kolam tanah adalah kolam yang berasal dari tanah yang digali (empang) di mana alas dan pinggir kolam berupa tanah, serta memiliki kedalaman sekitar 1,5 m. Kolam tanah ini, sangat cocok untuk tempat pembesaran benih lobster hingga ukuran konsumsi.

Sedangkan kolam semen merupakan kolam yang dibuat dengan cara disemen dimana alas dan pinggir kolam berupa semen, serta memiliki ketinggian sekitar 75 cm. Kolam semen dipakai sebagai tempat perkawinan lobster, karantina indukan lobster yang telah menjalani proses penetasan telur, serta penampungan sementara hasil panen lobster konsumsi dari kolam tanah.
Untuk memenuhi kebutuhan pasar lobster khusus konsumsi, Desmanto melanjutkan, mereka memutuskan untuk lebih memusatkan perhatian pada pengembangan peternakan mereka di Teluk Naga. “Karena, jarak dan waktu tempuh yang relatif lebih dekat dengan Jakarta yaitu sekitar 1,5 jam. Sehingga, kami dapat lebih cepat melayani permintaan baik yang datang dari Jakarta dan sekitarnya maupun dari luar kota. Lobster yang kami kirimkan pun dapat diterima konsumen masih dalam kondisi hidup dan segar,” jelas pria, yang menjadi moderator situs Lobsterku Crayfish Farm ini.

Ulasan selengkapnya dapat dibaca di Majalah Pengusaha edisi 92/Maret 2009.

Posting Komentar

 
Top